Pengaman Dalam Instalasi Listrik

Pengaman Listrik biasa disebut dengan sekering atau fuse, adalah adalah suatu alat yang digunakan sebagai pengaman dalam suatu rangkaian listrik apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau suatu hubungan arus pendek. Cara kerjanya apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau terjadi hubungan arus pendek, maka secara otomatis sekering tersebut akan memutuskan aliran listrik dan tidak akan menyebabkan kerusakan pada komponen yang lain. Hubungan arus pendek / korsleting adalah suatu hubungan dengan tahanan listrik (Ω) yang sangat kecil akan mengakibatkan aliran listrik (I) yang sangat besar dan bila tidak ditangani dapat mengakibatkan ledakan dan kebakaran.
Hal ini terjadi apabila terjadi antara sumber listrik Phase (+) yang bertemu atau sumber listrik negatif. Dimana menghasilkan Tahanan listrik sangat kecil atau sama dengan 0 Ohm (Ω).
Sesuai dengan rumus dasar dari listrik yaitu :
V = I x R Atau
I = V
R
Atau
R = V
I
Dimana :

V = Tegangan / Voltage ( V / Volt )
I = Arus Listrik ( A / Ampere )
R = Nilai Tahanan Beban ( Ω / Ohm)

Dari Rumus diatas kita bisa mengetahui bahwa nilai dari Arus Listrik (I) akan selalu berbanding terbalik dengan nilai tahanan beban (Ω) dengan nilai Tegangan (V) tidak berubah.
Coba kita perhatikan gambar dibawah ini :
Bila dihitung dengan rumus :
I = V
R
= 220
V
100 Ω
= 2.2 A
Bila dihitung dengan rumus :
I = V
R
= 220
V
0 Ω
= Tak Terhingga
Nilai tak tak terhingga / tak terukur ini akan menyebabkan terjadinya panas pada kabel yang berakibat pada kabel tersebut akan terbakar. Oleh karena itu, Untuk menghindari terjadinya hubung singkat, kita perlu untuk memasang pengaman yang dapat membatasi arus Listrik agar tidak terjadi kelebihan arus. Dalam dunia kelistrikan ada bermacam - macam pengaman listrik antara lain MCB (Miniature Circuit breaker), MCCb (Moulded Case Circuit Breaker), ACB (Air Circuit Breaker), Fuse Tabung, Sekring dll. Dibawah ini adalah gambar beberapa contoh pengaman listrik yang paling sering digunakan dalam dunia kelistrikan :

Fuse Sekering Sekering Tabung MCB MCCB ACB

MCB
Cara kerja MCB dalam memutuskan arus listrik berbeda dengan Fuse / sekering. Hal ini dikarenakan MCB mempunyai 2 cara pemutusan arus listrik yaitu :

Berdasarkan panas Pemutusan arus listrik berdasarkan panas, dikarenakan MCB mempunyai plat Bimetal (perpaduan dua buah logam yang berbeda koefisien muai logamnya). Bimetal ini akan melengkung apabila terjadi panas yang terus meningkat yang di akibatkan oleh kelebihan arus listrik. Kemudian Plat bimetal ini akan menggerakkan tuas pemutus untuk memutuskan arus listrik.
Berdasarkan elektromagnetik Pemutusan arus listrik berdasarkan elektromagnetik dilakukan oleh Coil yang terdapat pada MCB. Apabila terjadi Hubung Singkat maka Coil akan terinduksi dan daerah sekitarnya akan terdapat medan magnet sehingga akan menarik poros dan mengoperasikan tuas pemutus.

Lalu bagaimana cara kita untuk menghidupkan listrik kembali ?
Caranya sederhana kita pastikan terlebih dahulu instalasi kita sudah benar dan tidak ada lagi hubung singkat dan beban lebih, kemudian kita tunggu sampai MCB dingin, lalu kita naikkan kembali tuas pemutus MCB. Hal ini sangat berbeda dengan Fuse / sekring, bila MCB trip / turun (istilah di dunia kelistrikan), kita tidak usah mengganti dengan yang baru. Cukup menaikkan tuas pemutus dan listrik kita kembali hidup.
Adapun fungsi - fungsi dari MCB adalah :

Membatasi Penggunaan Listrik
Mematikan listrik apabila terjadi hubungan singkat ( Korslet )
Mengamankan Instalasi Listrik
Membagi rumah menjadi beberapa bagian listrik, sehingga lebih mudah untuk mendeteksi kerusakan instalasi listrik

Semoga Tulisan ini bemanfaat bagi pembaca…

baca juga :
- jasa pemasangan listrik                               
- maintenance listrik                                      
- pasang baru dan tambah daya pln                
- jasa service dan cek korsleting                      
- instalasi pemasangan anti petir                     
- jasa pemasangan genset                         

 





Pengaman Dalam Instalasi Listrik

Pengaman Listrik biasa disebut dengan sekering atau fuse, adalah adalah suatu alat yang digunakan sebagai pengaman dalam suatu rangkaian listrik apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau suatu hubungan arus pendek. Cara kerjanya apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau terjadi hubungan arus pendek, maka secara otomatis sekering tersebut akan memutuskan aliran listrik dan tidak akan menyebabkan kerusakan pada komponen yang lain. Hubungan arus pendek / korsleting adalah suatu hubungan dengan tahanan listrik (Ω) yang sangat kecil akan mengakibatkan aliran listrik (I) yang sangat besar dan bila tidak ditangani dapat mengakibatkan ledakan dan kebakaran.
Hal ini terjadi apabila terjadi antara sumber listrik Phase (+) yang bertemu atau sumber listrik negatif. Dimana menghasilkan Tahanan listrik sangat kecil atau sama dengan 0 Ohm (Ω).
Sesuai dengan rumus dasar dari listrik yaitu :
V = I x R Atau
I = V
R
Atau
R = V
I
Dimana :

V = Tegangan / Voltage ( V / Volt )
I = Arus Listrik ( A / Ampere )
R = Nilai Tahanan Beban ( Ω / Ohm)

Dari Rumus diatas kita bisa mengetahui bahwa nilai dari Arus Listrik (I) akan selalu berbanding terbalik dengan nilai tahanan beban (Ω) dengan nilai Tegangan (V) tidak berubah.
Coba kita perhatikan gambar dibawah ini :
Bila dihitung dengan rumus :
I = V
R
= 220
V
100 Ω
= 2.2 A
Bila dihitung dengan rumus :
I = V
R
= 220
V
0 Ω
= Tak Terhingga
Nilai tak tak terhingga / tak terukur ini akan menyebabkan terjadinya panas pada kabel yang berakibat pada kabel tersebut akan terbakar. Oleh karena itu, Untuk menghindari terjadinya hubung singkat, kita perlu untuk memasang pengaman yang dapat membatasi arus Listrik agar tidak terjadi kelebihan arus. Dalam dunia kelistrikan ada bermacam – macam pengaman listrik antara lain MCB (Miniature Circuit breaker), MCCb (Moulded Case Circuit Breaker), ACB (Air Circuit Breaker), Fuse Tabung, Sekring dll. Dibawah ini adalah gambar beberapa contoh pengaman listrik yang paling sering digunakan dalam dunia kelistrikan :

Fuse Sekering Sekering Tabung MCB MCCB ACB

MCB
Cara kerja MCB dalam memutuskan arus listrik berbeda dengan Fuse / sekering. Hal ini dikarenakan MCB mempunyai 2 cara pemutusan arus listrik yaitu :

Berdasarkan panas Pemutusan arus listrik berdasarkan panas, dikarenakan MCB mempunyai plat Bimetal (perpaduan dua buah logam yang berbeda koefisien muai logamnya). Bimetal ini akan melengkung apabila terjadi panas yang terus meningkat yang di akibatkan oleh kelebihan arus listrik. Kemudian Plat bimetal ini akan menggerakkan tuas pemutus untuk memutuskan arus listrik.
Berdasarkan elektromagnetik Pemutusan arus listrik berdasarkan elektromagnetik dilakukan oleh Coil yang terdapat pada MCB. Apabila terjadi Hubung Singkat maka Coil akan terinduksi dan daerah sekitarnya akan terdapat medan magnet sehingga akan menarik poros dan mengoperasikan tuas pemutus.

Lalu bagaimana cara kita untuk menghidupkan listrik kembali ?
Caranya sederhana kita pastikan terlebih dahulu instalasi kita sudah benar dan tidak ada lagi hubung singkat dan beban lebih, kemudian kita tunggu sampai MCB dingin, lalu kita naikkan kembali tuas pemutus MCB. Hal ini sangat berbeda dengan Fuse / sekring, bila MCB trip / turun (istilah di dunia kelistrikan), kita tidak usah mengganti dengan yang baru. Cukup menaikkan tuas pemutus dan listrik kita kembali hidup.
Adapun fungsi – fungsi dari MCB adalah :

Membatasi Penggunaan Listrik
Mematikan listrik apabila terjadi hubungan singkat ( Korslet )
Mengamankan Instalasi Listrik
Membagi rumah menjadi beberapa bagian listrik, sehingga lebih mudah untuk mendeteksi kerusakan instalasi listrik

Semoga Tulisan ini bemanfaat bagi pembaca…

baca juga :

– jasa pemasangan listrik                               
– maintenance listrik                                      
– pasang baru dan tambah daya pln                
– jasa service dan cek korsleting                      
– instalasi pemasangan anti petir                     
– jasa pemasangan genset                         
 

MENGHITUNG TITIK LAMPU SUATU RUANGAN

CARA MENGHITUNG TITIK LAMPU
SUATU RUANGAN
Penerangan / pencahayaan
buatan adalah suatu penerangan yang
dibuat / disain oleh manusia. Seperti
lilin, lampu, obor, senter dan lain
sebagainya. Untuk mendapatkan
hasil penerangan / pencahayaan yang
baik dan merata, kita harus
dipertimbangkan iluminasi ( kuat
penerangan ), sudut penyinaran lampu,
jenis dan jarak penempatan lampu yang
diperlukan sesuai dengan kegiatan yang
ada dalam suatu ruangan atau fungsi
ruang tersebut.
Pada dasarnya
dalam perhitungan jumlah titik lampu
pada suatu ruang dipengaruhi oleh
benyak faktor, antara lain : dimensi
ruang, kegunaan / fungsi ruang, warna
dinding, type armature yang akan
digunakan, dan masih banyak lagi.
Contoh :
Pencahayaan pada gudang di rumah kita,
akan berbeda dengan pencahayaan pada
ruang tamu atau kamar tidur. Ini
dikarenakan fungsi dari ruang tersebut
dan berdasarkan tingkat kegiatan yang
akan dilakukan pada ruang tersebut.
Sekarang Pertanyaannya, bagaimana
kita dapat menghitung jumlah lampu?
Menurut SNI, daya pencahayaan
maksimum untuk ruang kantor/ industri
adalah 15 watt/ m2. Untuk rumah tak
melebihi 10 watt/m2.( tambahan Ir.
Hartono Poerbo, M.Arch : untuk toko
20-40 watt/m2, hotel 10-30 watt/m2,
sekolah 15-30 watt/m2, rumah sakit
10-30 watt/m2 ). Coba terapkan
perhitungan ini pada setiap ruang di
rumah, kemudian jumlahkan dan dirata-
rata. Misalnya, rumah anda berukuran
36 m2, maka jumlah daya untuk lampu
harus di bawah 360 watt. Jika jumlahnya
berlebih, sebaiknya kurangi titik lampu
atau gunakan jenis lampu hemat energi.
Jumlah lampu pada suatu ruang
ditentukan / dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
N = E x L x W
Ø x LLF x CU x n
Dimana :
N = jumlah titik lampu
E = Kuat Penerangan /target kuat
penerangan yang akan dicapai (Lux)
L = Panjang Ruang(Meter)
W = Lebar Ruang (Meter)
Ø = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous
Flux
LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi
(0,7-0,8)
CU = coeffesien of utilization / Faktor
Pemanfaatan (50-65 %)
n = Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu
KUAT PENERANGAN (E)
Perkantoran = 200 - 500 Lux
Apartemen / Rumah = 100 - 250 Lux
Hotel = 200 - 400 Lux
Rumah sakit / Sekolah = 200 - 800 Lux
Basement / Toilet / Coridor / Hall /
Gudang / Lobby
= 100 - 200 Lux
Restaurant / Store / Toko = 200 - 500 Lux
Ø = W x L/w
Dimana :
W = daya lampu ,
L/w= Luminous Efficacy Lamp / Lumen
per watt (dapat dilihat pada box lampu
yang kita beli).
Contoh,
Untuk lampu PL 18W dengan
type ESSENTIAL 18W CDL E27
220-240V mempunyai Luminous Efficacy
Lamp sebesar 61 Lm/W, jadi :
Ø = W x L/w
Ø = 18 x 61 = 1098 lumen.
Sekarang coba kita hitung sebuah ruang
tamu dengan panjang 7 meter dan lebar
4 meter, akan dipasang dengan lampu PL
18 watt. Berapa jumlah lampu yang akan
dipasang pada ruanga tersebut.
Diketahui :
E = 150 (antara 100 – 300 Lux),
L = 7 meter,
W = 4 meter,
N = 1 bh,
LLF = 0,8 (Antara 0,7-0,8),
CU = 65% (antara 50-65 %),
Ø = 1098 lumen
Ditanya N :
Jumlah Titik Lampu yang akan dipasang
pada ruang 7 x 4 meter dengan
menggunakan jenis lampu PL 18 w
( ESSENTIAL 18W CDL E27 220-240V )
Penyelesaiannya :
N = E x L x W
Ø x LLF x CU x n
= 150 x 7 x 4
1098 x 0,8 x 65% x 1
= 4200
570,96
= 7,36
= 8 Titik Lampu
Menurut standart SNI, untuk penerangan
rumah tidak melebihi 10 W/M²,
maka :
Jumlah W/M2 =
Jumlah Titik lampu x Watt
lampu
Luas Ruang
= 8 x 18
7 x 4
= 144
28
= 5,14 w/m2
Dari perhitungan diatas, kita
mengetahui bahwa dengan ruangan 7 x 4
meter yang akan dipasang lampu PL 18W
dengan type ESSENTIAL 18W CDL E27
220-240V memerlukan paling tidak 8
titik lampu. Apabila hasil dari
perhitungan diatas dirasa terlalu terang
atau kurang terang, kita dapat
menyiasati dengan mengganti lampu
dengan watt yang lebih tinggi atau lebih
rendah.
baca juga :
- jasa pemasangan listrik                               
- maintenance listrik                                      
- pasang baru dan tambah daya pln                
- jasa service dan cek korsleting                      
- instalasi pemasangan anti petir                     
- jasa pemasangan genset